Seiring peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat, dibarengi pula dengan peningkatan volume sampah. Nah, untuk mengurangi sampah tersebut, (22/8) Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Gianyar me-launching Bank Sampah sebagai pilot project, di TPA Desa Temesi, ditandai pemotongan pita oleh Kepala DKP I Wayan Kujus Pawitra.
Launching juga diisi penandatangan perjanjian antara Manajer Bank Sampah Wayan Cakra dan Made Suamba dari perwakilan pengepul disaksikan para nasabah dan pihak swasta dalam hal ini swalayan Hardys yang membantu pembiayaan. Sebanyak 8 pengepul siap menampung sampah yang disetorkan nasabah, yang saat launching sudah mencapai 138 nasabah, dan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah.
Bank sampah yang bernama “Bank Sampah Mitra Gianyar Bagus” ini bertempat di TPA Temesi dan dikelola oleh Yayasan Pemilahan Sampah Temesi (YPST) dibawah pengawasan DKP.
Pada dasarnya manajemen bank sampah mengadopsi prinsip bank pada umumnya. Bedanya pada bank umum yang ditabung adalah uang, sedangkan pada Bank Sampah yang ditabung adalah sampah anorganik yang mempunyai nilai ekonomi yang kemudian ditukar dalam bentuk uang di dalam buku tabungan nasabah.
Kepala DKP Wayan Kujus Pawitra menjelaskan, konsep Bank Sampah dalam pelaksanaannya berbasis masyarakat dan penerapannya mulai dari hulu ke hilir. Artinya, masyarakat ikut terlibat dalam upaya pengurangan dan penanganan sampah, minimal mulai dari sampah rumah tangga, sampah pedagang, perkantoran dan sebagainya.
Masyarakat atau nasabah terlebih dahulu memilah sampah sesuai dengan jenis nya seperti plastik, kertas dan logam. Setelah itu disetor ke Bank Sampah, ditimbang dan harga disesuaikan jenis sampah, rata-rata kisaran antara Rp. 500 – 1.500 per kilogram. Selanjutnya, akan dicatat dalam sebuah buku tabungan. Nasabah bisa menarik tabungan minimal 3 – 6 bulan sekali.
“Banyak nilai positif dari Bank Sampah, selain bernilai ekonomi, lingkungan juga menjadi bersih dan terwujud masyarakat yang sehat,” tambah Kujus Pawitra.
Untuk tahun ini diupayakan ada 2 Bank Sampah, dan target tahun 2015 nanti, setiap kecamatan bekerja sama dengan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) memiliki Bank Sampah sehingga penanganan sampah menyentuh seluruh wilayah dan masyarakat tidak perlu jauh-jauh menyetor sampah.
Ni Wayan Karsi, salah satu nasabah dari Br. Pegesangan yang ikut mendaftar sebagai nasabah bank mengaku tertarik dengak bank sampah ini. Sebab selama ini sampah rumah tangganya terbuang sia-sia bahkan menimbulkan lingkungan yang kotor.
“Kami bisa menukar sampah dengan uang, lumayan untuk tambahan uang dapur,” ujarnya. (Humas Gianyar/NGR WW)