14 January 2015

Dikunjungi UNESCO, Keteguhan Petani Subak Pulagan Diuji

Subak Pulagan, Tampaksiring, Gianyar  dekat  kawasan DAS Tukad Pakerisan telah mendapat penghargaan dari UNESCO sebagai World Heritage. Namun, penetapan kawasan tersebut mengundang kekhawatiran terjadi alih fungsi lahan yang berakibat kerusakan lingkungan.

Kekhawatiran tersebut cukup beralasan. Pasalnya, saat perwakilan UNESCO berkunjung ke Subak Pulagan, dan berdialog dengan petani, Selasa (13/1), pekaseh Subak Pulagan Sang Nyoman Astika  mewakili anggota subak, menanyakan kepada perwakilan UNESCO, terkait kemungkinan mereka membangun rumah pada lahan pertanian, akibat jumlah keluarga sudah banyak, sementara tanah di pekarangan rumah tidak mencukupi lagi.

Terkait hal itu, Cristal Backley, salah satu perwakilan UNESCO tidak bisa memberikan jawaban ya atau tidak. Kedatangan mereka bertujuan melihat dari dekat kondisi subak. Dia hanya menegaskan kepada anggota subak harus bangga karena mendapat penghargaan Word Heritage sebagai kawasan yang mempunyai nilai historis dan tradisi yang diakui dunia.

Senada diungkapkan perwakilan UNESCO lainnya, Gamini Wijesuriya. Pihaknya tidak bisa membatasi perubahan dan tidak bisa memberikan jawaban bisa atau tidak membangun. Namun, dia sangat kagum dengan keberadaan subak di Bali.

Terkait hal ini, Pemkab Gianyar berupaya mempertahankan kelestarian kawasan dari kerusakan lingkungan dan alih fungsi lahan, melalui imbauan kepada masyarakat sepanjang kawasan DAS Pakerisan untuk tidak menjual tanahnya atau mengalihfungsikan lahannya.

“Imbauan ini disertai pemberian penghargaan kepada pemilik lahan yang tidak menjual atau mengalihfungsikan lahannya,” ungkap Asisten I Pemkab. Gianyar Cok Rai Widiarsa. P. yang menerima kunjungan perwakilan UNESCO meninjau Subak Pulagan, Selasa (13/1) sore.

Penghargaan tersebut, diantaranya, memberikan bantuan bibit dan pupuk gratis, membantu bea siswa bagi siswa KK miskin dan tahun 2015 ini membebaskan petani dari pajak PBB.

Dijelaskan, ditetapkan subak sebagai situs warisan budaya dunia oleh Organisasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) merupakan proses panjang yang memakan waktu 12 tahun lamanya.

“Hal ini tentunya menjadi kebanggaan bagi masyarakat Bali, dan Indonesia pada umumnya,” tegas Cok Rai Widiarsa.

Pengakuan ini sekaligus menjadi pemacu bagi masyarakat Bali, Indonesia, dan dunia untuk menjaga subak sebagai warisan budaya Hindu yang berlandaskan Tri Hita Karana.

Pelestarian sepanjang kawasan DAS Pakerisan dibagi tiga zona yakni, zona inti yang berjarak 100 m dari bibir sungai, zona penunjang berjarak 200 m dari sungai dan zona pengembangan berjarak 300 m dari sungai.

“Tiga zona inilah yang harus diselamatkan agar tidak terjadi kerusakan lingkungan,” imbuh  Cok Rai Widiarsa. J

Jika tidak dilakukan langkah antisipasi untuk pelestarian, dikhawatirkan  kawasan yang menjadi kebanggaan dunia tersebut akan sama nasibnya dengan objek wisata lainnya di Bali, semrawut, kumuh dan perkembanganya tak terkendali.

Di sisi lain, sejak Subak Pulagan Tampaksiring mendapat penghargaan dari UNESCO sebagai world Heritage, kawasan ini mulai ramai dikunjungi wisatawan asing dan domestik. Para wisatawan bukan hanya penasaran dengan subak tapi juga datang untuk menikmati keindahan alam desa yang khas dengan panorama sawah dengan latar belakang  gunung bagai lukisan alam.

Selain hawanya yang sejuk, di areal persawahan seluas 110 hektar ini,  para wisatawan juga menikmati pemandangan khas para petani  mengerjakan sawah atau sembahyang di pura yang ada di tengah sawah.

Kunjungan wisatawan ini, diakui Pekaseh Subak  Pulagan Sang Nyoman Astika. Dikatakan, sejak subak Pulagan menjadi kawasan Word Heritage oleh UNESCO,  telah terjadi peningkatan turis sampai 50 persen, terutama wisatawan dari Eropa. Ia menyadari bertambahnya turis bisa berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan tempat menginap atau restoran  akan mendorong pengalihan fungsi lahan pertanian.

Untuk menghindari alih fungsi lahan dari rayuan investor, para wisatawan diarahkan hanya tour menikmati keindahan desa tapi menginap di tempat lain.

“Sebagai daerah penghasil padi Pulagan yang notabene kerap digunakan untuk upacara yadnya, tentu kami berusaha menjaga agar  tetap terjaga fungsinya,” ungkap Sang Nyoman Astika seraya menambahkan pertanyaannya kepada UNESCO tentang boleh tidaknya membangun, sebagai langkah antisipasi karena ke depan dia tidak tahu seperti apa perkembangannya. (Humas Gianyar/ww)

Tentang


Pemerintah Kabupaten Gianyar, Ini adalah website resmi Pemerintah Kabupaten Gianyar, Bali, Indonesia.

Kontak Kami


info@gianyarkab.go.id

Jl. Ngurah Rai-Gianyar, Gianyar, Kec. Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali 80511


© 2024 TIM SPBE Kabupaten Gianyar .