13 September 2024
Desa Adat Batuan Gelar Prosesi Nyekah Massal lan Nilapati, 104 Sekah dan 1 Sangge Bhatara Lingga
Desa Adat Batuan, Kecamatan Sukawati, Gianyar menggelar upacara Pitra Yadnya Mamukur/Nyekah lan Nilapati pada Sukra Pon Julungwangi, Jumat (13/9) hingga Sabtu (14/9) di wewidangan Pura Dalem Alas Arum. Prosesi dimulai pada Anggara Kliwon Julungwangi, Selasa (10/9) dan berakhir pada Redite Kliwon Sungsang, Minggu (15/9).
Rangkaian upacara nyekah lan nilapati diikuti oleh 104 Puspa Sekah dan 1 Sangge Bhatara Lingga dari krama Desa Adat Batuan maupun luar desa adat. Nilapati digelar sebagai puncak prosesi penyucian serta peningkatan roh leluhur. Ini menjadi tahapan terakhir dari rangkaian upacara Pitra Yadnya Ngaben Massal.
Ketua Umum I Wayan Sudha seizin Bendesa Adat Batuan I Nyoman Megawan menjelaskan prosesi ini diikuti sebanyak 104 Puspa Sekah dan 1 Sangge Bhatara Lingga. Nilapati digelar dengan harapan Hyang Pitara dapat menyatu dengan Brahman. Menyatu dengan sang pencipta atau disebut dengan moksa. “Karena sesungguhnya tujuan agama Hindu adalah Moksartham Jagadhita ya Ca Iti Dharma,” jelasnya.
Pelaksanaan upacara Nilapati, daksina linggih yang menyimbolkan Bhatara Hyang akan dipralina dengan cara membakarnya. Kemudian abunya dimasukkan ke dalam bungkak nyuh gading lalu ditanam di belakang palinggih Rong Tiga.
Hal ini menyimbolkan bahwa Dewa Pitara atau Hyang Pitara dijadikan konsep menuju nol atau kosong (sunia). Maka Bhatara Hyang yang telah disucikan kini dilinggihkan atau ditempatkan di ruang paling tengah dari palinggih Rong Tiga. “Dengan harapan Hyang Pitara bisa menyatu dengan Brahman,” ujar pensiunan ASN Pemkab Gianyar ini.
Rangkaian prosesi Nilapati dimulai dari Ngangkid di Pantai Purnama yang dipuput oleh Ida Pandita Mpu Kidul Dwija Maha Sidhi Manik Mas Griya Sakti Kidul Pancaka Tirta Manik Mas Batuan. Dilanjutkan dengan Ngajum Sekah di Bale Peyadnyan, jaba sisi Pura Dalem Alas Arum; Nunas Toya Ning di Pura Beji; mendak Lembu, Ngaub Puspa lan Mepetik, Mapurwadhaksina. Selanjutnya Puspa munggah ring Petak dipuput 4 sulinggih.
Setelah itu dilaksanakan Pengaskara, Puja Pitra, Pemrelina, Ngeliwet yang dipuput 3 sulinggih. “Malamnya dilakukan mrelina Sekah atau Ngeseng, ngambe lan ayaban Sekah Tunggal,” jelasnya. Di sela menanti prosesi penganyutan ke Pantai Purnama, Desa Adat Batuan mengundang pelawak Celekontong Mas untuk menghibur krama.
Untuk diketahui, sebelumnya telah berlangsung puncak Ngaben Massal yang diikuti 30 sawa pada Saniscara Paing Warigadean, Sabtu (7/9). Dalam proses pembakaran, Ngaben Massal di Desa Adat Batuan tidak menggunakan petulangan mewah berupa Lembu, Singa atau bentuk lainnya. Melainkan hanya Bebean, petulangan sederhana. “Pertimbangannya melihat filosofi kesetaraan dan kebersamaan. Tempat pembakaran itu juga tidak merupakan suatu keharusan dibuat besar. Kalau pribadi silahkan, karena ini namanya massal, bersama-sama biar ada kesetaraan. Kebersamaan. Tujuan kita kan untuk kebersamaan, menekan ego,” terang Sudha.
Pihaknya juga khawatir, ketika petulangan ini tidak dibatasi bisa jadi semua menampilkan petulangan yang mewah megah. “Tujuan kinembulan ini, salah satunya kan itu menekan ego. Coba dibebaskan pasti bersaing, walaupun gak punya akan ada yang jor-joran. Maka disetarakan, makna sama filosofi sama. Tujuan kebersamaan dan menekan ego,” ujarnya.
Dalam hal pendanaan, Upacara Pitra Yadnya ini dibiayai sebagian besar dari Desa Adat Batuan yang setiap harinya ramai dikunjungi turis. Komposisi, 50% dana desa adat; 30% dana LPD Batuan, sisanya pengarep dan punia dari pemerintah maupun swasta. Perkiraan biaya yang dihabiskan sekitar Rp 300 juta. “Desa menyiapkan dana hampir mendekati Rp 300 juta lebih,” jelasnya. Sesuai Pararem, Upacara Pitra Yadnya massal ini telah disepakati akan digelar rutin setiap 3 tahun sekali.