22 April 2012

Parade Budaya Dipadati Penonton

Puluhan ribu penonton menyaksikan pagelaran parade budaya yang dilaksanakan serangkaian peringatan Hut Kota Gianyar ke-241 di Balai Budaya Gianyar. Puluhan ribu penonton ini tak hanya datang dari Gianyar, tapi juga dari luar Gianyar, seperti Denpasar, Badung, Bangli dan Klungkung yang memadati Lapangan Astin Gianyar hingga sepanjang jalan Ngurah Rai menunuju Terminal Kebo Iwa. Parade Budaya yang menampilkan atraksi dari 7 Kecamatan, Drumband IPDN Sumedang dan pagelaran paras-poras di buka oleh Bupati Gianyar, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati ditandai dengan pemuulan kentongan. Bupati Gianyar, saat membuka parade budaya menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh masyarakat dan seniman gianyar yang telah berperan serta menyukseskan seluruh kegiatan dan pembangunan di Kabupaten Gianyar. Parade budaya selain sebagai ajang bagi para seniman untuk mengapresiasi kemapuan seni, dapat menjadi media promosi. Sementara Ketua Panitia kegiatan Hut Kota Gianyar, Sekda Kab. Gianyar, Cokorda Gede Putra Nindia menyamaikan bahwa serangkain peringatan Hut Kota Gianyar ke-241 digelar berbagai kegiatan yang melibatkan peran serta seluruh masyarakat sesuai dengan tema peringatan Hut, yakni “Melalui Peringatan hari Jadi ke-241 Kota Gianyar Kita Mantapkan Partisipasi Masyarakat Dalam Membangun Gianyar Berlandaskan Tri Hita Karana”. Cok Nindia menambahkan dalam pegelaran parade budaya juga dilaksanakan kegiatan pembukaan pameran hasil pembangunan dan produk unggulan daerah pelucuran program E-KTP. Parade budaya diawali dengan Marcing Band IPDN, Pasukan Gajah, Pawai SMKN 3 Sukawati, Pawai Kecamatan Payangan, Tegallalang, Tampaksiring, Ubud, Sukawati, Gianyar, Blahbatuh, dan ditutup kembali dengan parade Marching Band IPDN. Duta Kecamatan Payangan Membawakan fragmentari berjudul “wali” yaitu menceritakan Rsi Markandeya dari gunung Dieng berkeinginan membabat hutan di daerah Payangan bersama 800 pengiring. Pembabatan hutan diawali dengan penancapan tongkat sakti yang sekarang daerah tersebut menjadi Pura Murwa Bumi, Payangan. Namun alam murka dengan kegiatan tersebut dan mengakibatkan seluruh pengikut Rsi Meninggal. Rsi pun berencana untuk kembali ke Jawa. Namun ditengah perjalan Rsi berjumpa dengan Rsi Dharma Sadu dan Dewi Manik  Merta Sari yang memberi petunjuk agar Rsi Markandeya kembali bertapa di Gunung Raung untuk meminta petunjuk. Rsi Markandeya kemudian kembali ke Payangan dan mendirikan Pura Alas Angker. Penata tari: Ni  Wayan Sriyani, I nyoman Budiasa, Penata Tabuh: I Wayan Ambara Putra, dan Dalang: I Dewa darma Putra. Duta Kecamatan Tegallalang mengawali pertunjukan dengan membawakan tabuh dari sekaa gong banjar Delod Blungbang Desa Kendran dengan ppenata tabuh I Wayan Sukanta dilanjutkan fragmen tari barong landung yang bercerita tentangg Dalem Balingkang oleh sekaa Barong Landung Giri desertai tradisi Ngrebeg yang dibawakan anak-anak. Duta tegallalang juga membawakan fragmentari Calon Arang dibawakan Sekaa Teruna Teruni Kerta Budaya banjar Tegal Desa Tegallalang. Penata tari: i Wayan Jaya Merta, S.Sn, penata tabuh: I Made Yoga Sumadi, S.Sn, dan pendukung: STT Kerta Budaya Br. Tegal Tegallalang. Duta Tampaksiring membawakan fragmentari berupa cerita tentang “mayadenawa” yaitu tentang raksasa yang sangat sakti dengan kemampuan menghilang berencana menghancurkan rakyat serta prajurit Betara  Indra dengan “racun cetik”. Racun ini berhasil membunuh seluruh rakyat dan para pengiring Bathara Indra. Batara Indra sangat sedih dan kemudian menganugrahkan Tirta Kamandalu untuk menghidupkan kembali pengiringnya. Prajurit Indra kemudian diperintah membunuh mayadenawa. Jejak mayadenawa ditemukan disebuah lembah berupa tapak/jejak kaki miring. Daerah disekitar tebing tersebut kemudian diberi nama Tampaksiiring. Iringan duta tampaksiring diawali pawai barisan Umbu-umbul, Tedung, Bandrang, Perlengkapan Uperega lain terkait upacara, dan tarian baris dan rejang. Duta Ubud menampilkan fragmentari dengan judul “laban godel”. Pertunjukan ini menceritakan seorang pertapa bernama Dukuh Jaya Sakti yang akan merabas hutan di Daerah Kutuh bersama 22 orang pengiring untuk mendirikan tempat tinggal. Namun kegiatan perabas hutan tersebut belum mendapat ijin dari Raja Mengwi yang berkuasa di daerah tersebut. Raja mengwi pun mengutus prajurit untuk menghalangi kegiatan perabasan hutan. Ki Dukuh tidak menggubris sehingga terjadi pertarungan.  Namun karena kesaktian Ki Dukuh beliau merubah diri menjadi “Wisnu Murti” dan menghunus sebilah keris sakti bernama Wijaya Kusuma. Pasukan Mengwi takluk akan keris yang mengeluarkan sinar panas dan menyilaukan tersebut. Perabasan hutan tersebut merupakan awal pendirian pura yang dinamakan “Laban Godel” dengan rahinan tiap Tilem Sasih Jesta Rahina Nemu Pasah. Dasar pura dibangun dengan menancapkan tongkat Ki Dukuh yang bernama “ Kayu Tanjung” dan membuat 2 arca barong macan dan babi sebagai simbol raja hutan. Duta Sukawati membawakan fragmen tari “ Ki balian batur” yang menceritakan kondisi Bali yang terbelah dua antara kerajaan Klungkung dan Mengwi. Seorang pendeta bernama Ki Balian Batur dari Celedu Ngias Desa Ketewel Sukawati ingin menyatukan rakyat Bali. Beliu kemudian menciptakan kerusuhan sehingga kerajaan Mengwi kewalahan. Untuk mengalahkan Ki Batur Harus menggunakan senjata sakti dari kerajaan Klungkung. Kerajaan Mengwi akhirnya meminjam senjata tersebut ke kerajaan Klungkung. Ki Batur pun akhrnya meninggal dan Kerajaan klungkung dan mengwi bersatu. Berkat pengorbanan Ki Batur rakyatpun sejahtera dengan bersatunya Kerajaan Klungkung dan Mengwi. Penata tabuhh: i nyoman Suryadi, penata tari: I Nyoman Budiarta, dan Sekaa Teruna Se-Desa Celuk. Duta Gianyar membawakan frgmentar berjudul “Dewa Yadnya” menceritakan tentang sebuah pasraman yang didalam terdapat seorang putri raja berguru kepada sang wiku, tiba-tiba datang anak raja kaya raya yang mencoba untuk mempersunting sang putri, namun sang Putri kemudian menolaknya. Selanjutnya putra raja kaya berubah menjadi raksasa melarikan sang putri, selanjutnya, sang wiku memerintah kera putih peliharaannya untuk menuyelamatkan. Pawai ini didukung oleh sanggar gita lestari petak kaja, sanggar seni benawah, sanggar tabuh bitera, sanggar tari serongga, dan sanggar pedalangan belah pane. Duta kecamatan Blahbatuh membawakan fragmentari berjudul “Sapuh Leger”. Tarian tersebut menceritakan Sang Hyang Adi Kala setelah diakui sebagai putra Dewa Siwa dan Dewi Uma pergi ke Bumi untuk mencari mangsa. Sang Kala memburu anak kecil atau sang hyang rare kumara. Berkat pertolongan Ki Dalang Samirana, Sang Hyang  Rare Kumara selamat karena jiwanya telah diganti dengan sesaji. Cerita ini hingga sekarang menjadi ritual untuk menyelenggarakan upacara “sapuh leger” apabila ada anak yang lahir di Uku Wayang. (Humas Gianyar)

Tentang


Pemerintah Kabupaten Gianyar, Ini adalah website resmi Pemerintah Kabupaten Gianyar, Bali, Indonesia.

Kontak Kami


info@gianyarkab.go.id

Jl. Ngurah Rai-Gianyar, Gianyar, Kec. Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali 80511


© 2024 TIM SPBE Kabupaten Gianyar .