Pemkab Gianyar tahun 2013 menyediakan dana sebesar Rp. 1.192.801.135 dari APBD dan DAK untuk penyediaan VAR. Dengan demikian diharapkan tidak terjadi lagi kekurangan stok dan korban gigitan tidak perlu dirujuk ke RSUP Sanglah Denpasar.
Menurut Kasi Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Gianyar, Nyoman Astawa, paling cepat, awal Mei 2013 pengadaan VAR sudah dapat terealisasi karena tergantung dari proses pengadaan seperti tender. Diakui, selama ini memang sempat terjadi kekosongan VAR baik di RSUD Sanjiwani maupun Puskesmas karena memang tingginya permohonan VAR dari korban gigitan hewan. Meski hewan yang menggigit tidak menunjukkan gejala klinis atau mengidap rabies, mereka tetap ingin mendapatkan suntikan VAR. Akibatnya persediaan VAR cepat habis. “Mengantisipasi tingginya permintaan VAR, kami sudah jauh-jauh hari mengamprah,” tegas Nyoman Astawa atas seijin Kadis Kesehatan Pande Wirbhuana.
Dijelaskan, dalam kurun Januari - Maret 2013 terjadi 1.674 kasus gigitan anjing atau 18 kasus gigitan per hari. Berarti VAR yang harus tersedia per harinya 72 vial. Secara prosedur, korban gigitan hewan mendapatan suntikan 4 vial VAR, yakni pada hari pertama mendapat suntikan 2 VAR, sisanya pada minggu kedua dan ketiga. Sementara pada tahun 2012, dana VAR sebesar Rp. 1.149.111.404 dan yang terpakai 17.217 vial dari yang tersedia 18.248 vial.
Sementara, mengantisipasi merebaknya kasus gigitan anjing di wilayah Gianyar, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Gianyar selama ini sudah melakukan berbagai upaya pencegahan bahaya rabies seperti melakukan vaksinasi dan penyuluhan tentang tentang bahaya Rabies. “Kesadaran masyarakat akan bahaya rabies kini sudah meningkat,” jelas Kepala Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Dewa Amertha. Terbukti, masyarakat selalu memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan.
Diakui, tingginya kasus gigitan hewan kebanyakan penyebabnya karena adanya provokasi dari para korban gigitan misalnya, hewan tersebut diinjak atau disakiti, atau anjing yang sedang beranak. “Jadi belum tentu hewan yang menggigit mengidap penyakit rabies,” tegasnya. Ditambahkan, anjing yang terindikasi rabies memiliki ciri-ciri tertentu seperti menggigit secara tiba-tiba lalu menghilang, kerap bersembunyi. Mata merah, takut cahaya, takut air atau air liur mendidih keluar. “Kasus gigitan anjing meningkat namun yang terbukti terinfeksi rabies menurun,” ujarnya.
Data yang dihimpun, tahun 2010 terjadi 7.066 kasus gigitan dengan 5 orang meninggal, tahun 2011 terjadi 8.026 kasus gigitan dengan 2 orang meninggal dan tahun 2012 terjadi 7.897 kasus dengan 2 orang meninggal. (Humas Gianyar)