Serbuan produk kerajinan luar Bali yang memasuki pasar kerajinan Bali pada umumnya dan Gianyar pada khususnya, semakin mendesak produk kerajinan lokal. Hal tersebut disampaikan Asisten II Setda Kabupaten Gianyar, I Gede Widarma Suharta ketika membuka workshop Membangun Sinergisitas Dalam Pemberdayaan UMKM yang diselenggarakan Lembaga Administrasi Negara (LAN) di Ruang Sidang Kantor Bupati Gianyar, Selasa (22/5).
Widarma mengatakan Kabupaten Gianyar menempati peringkat ke-2 dalam kegiatan ekspor barang kerajinan di Bali. Namun bila ditelisik lebih dalam, tidak sedikit barang ekspor tersebut merupakan produk yang didatangkan dari luar Bali seperti Gerabah dan Ukiran Jepara. Hal ini tentu sangat mempengaruhi daya saing produk pengerajin lokal. Menanggapi hal ini Pemkab Gianyar telah menerapkan tiga kebijakan strategis yaitu pembangunan suprastruktur, infrastruktur, dan meningkatkan kopetensi pengerajin. Widarma mengharapkan workshop lintas instansi dan asosiasi tersebut dapat menyimpulkan solusi permasalahan pengerajin Kabupaten Gianyar.
Kepala Pusat Kajian Administrasi Internasional, DR. P.M. Marpaung, M.Sc mengatakan LAN sebaga lembaga negara turut konsen meningkatkan kompetensi SDM Indonesia. Sebagai sector strategis dalam menghadapi globalisasi, pembangunan UMKM perlu disinergiskan antar berbagai lembaga dan organisasi yang bergerak di bidang Usaha dan Industri Kecil. Melalui workshop ini diharapkan dapat mensinergikan peran Bapeda, PMD, Dinas Sosial, Dinas Koperasi, Disnaker, Disdik serta berbagai Asosiasi Pengerajin dalam memberdayakan UMKM. Sebelumnya kegiatan ini telah diselenggarakan di Semarang, Jawa Timur, Jogja, Kalimantan Barat, dan NTB, tutup Marpaung.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaqten Gianyar, I Wayan Suamba, mengatakan Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Gianyar hingga tahun 2011 mencapai 22.726 IKM dengan menyerap 68.382 orang tenaga kerja dengan nilai produksi Rp.1.406,20 Milyar. Dalam mengembangkan UMKM pengerajin menghadapi tantangan berupa lemahnya daya saing SDM, permodalan, promosi produk, dan kurang pahamnya nilai strategis HaKI. (Humas Gianyar)
Serbuan produk kerajinan luar Bali yang memasuki pasar kerajinan Bali pada umumnya dan Gianyar pada khususnya, semakin mendesak produk kerajinan lokal. Hal tersebut disampaikan Asisten II Setda Kabupaten Gianyar, I Gede Widarma Suharta ketika membuka workshop Membangun Sinergisitas Dalam Pemberdayaan UMKM yang diselenggarakan Lembaga Administrasi Negara (LAN) di Ruang Sidang Kantor Bupati Gianyar, Selasa (22/5).
Widarma mengatakan Kabupaten Gianyar menempati peringkat ke-2 dalam kegiatan ekspor barang kerajinan di Bali. Namun bila ditelisik lebih dalam, tidak sedikit barang ekspor tersebut merupakan produk yang didatangkan dari luar Bali seperti Gerabah dan Ukiran Jepara. Hal ini tentu sangat mempengaruhi daya saing produk pengerajin lokal. Menanggapi hal ini Pemkab Gianyar telah menerapkan tiga kebijakan strategis yaitu pembangunan suprastruktur, infrastruktur, dan meningkatkan kopetensi pengerajin. Widarma mengharapkan workshop lintas instansi dan asosiasi tersebut dapat menyimpulkan solusi permasalahan pengerajin Kabupaten Gianyar.
Kepala Pusat Kajian Administrasi Internasional, DR. P.M. Marpaung, M.Sc mengatakan LAN sebaga lembaga negara turut konsen meningkatkan kompetensi SDM Indonesia. Sebagai sector strategis dalam menghadapi globalisasi, pembangunan UMKM perlu disinergiskan antar berbagai lembaga dan organisasi yang bergerak di bidang Usaha dan Industri Kecil. Melalui workshop ini diharapkan dapat mensinergikan peran Bapeda, PMD, Dinas Sosial, Dinas Koperasi, Disnaker, Disdik serta berbagai Asosiasi Pengerajin dalam memberdayakan UMKM. Sebelumnya kegiatan ini telah diselenggarakan di Semarang, Jawa Timur, Jogja, Kalimantan Barat, dan NTB, tutup Marpaung.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaqten Gianyar, I Wayan Suamba, mengatakan Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Gianyar hingga tahun 2011 mencapai 22.726 IKM dengan menyerap 68.382 orang tenaga kerja dengan nilai produksi Rp.1.406,20 Milyar. Dalam mengembangkan UMKM pengerajin menghadapi tantangan berupa lemahnya daya saing SDM, permodalan, promosi produk, dan kurang pahamnya nilai strategis HaKI. (Humas Gianyar)