Penampilan kesenian penyandang disabilitas (keterbatasan melihat, mendengar, bicara dan fisik) serangkaian HUT Kota Gianyar ke-243, (16/4) di open stage Balai Budaya, Gianyar, mengundang decak kagum penonton. Ditengah keterbatasan, mereka mampu menampilkan tabuh kreasi, tari, topeng dan drama tari begitu apik dan tidak kalah dari orang normal.

Penabuh dan penari yang berjumlah 90 orang merupakan gabungan penyandang Tuna Netra (Pertuni), penyandang tuli bisu dari Kesayang Ikang Papa dan keterbatasan fisik dari Yayasan I Ketut Alon dan berada dalam satu atap bernama Forum Jalinan Komunikasi Pasemetonan Mekarya Seni Kreativitas Tuna Netra Kesayang Ikang Papa Senang Hati I Ketut Alon (FOR TUNI SAYANG HATI KTA).

Pementasan diawali penampilan tabuh kreasi ‘Gusuri’ dari penyandang disibilitas tuna netra. Meski tidak bisa melihat, mereka mampu menabuh tanpa ada kesalahan. Selanjutnya, penabuh tuna netra mengiiringi tari pendet, lagu dan tari kontemporer, tari cendrawasih yang dibawakan penyandang tuli bisu dari anak-anak Yayasan Kesayan Ikang Papa Gianyar. Para penari yang tidak bisa bicara dan mendengar ini dipandu oleh pembina tari Ni Wayan Nyeri, S.ST, yang berdiri depan penari dengan menggunakan gerakan tangan sebagai isyarat. Meski dipandu, penari dengan cekatan dan lemah gemulai bisa menyesuaikan gerakan tari dengan gambelan, layaknya penari normal. Pementasan dilanjutkan dengan tari topeng bondres dari penyandang disibilitas fisik yayasan Senang Hati Gianyar, yang cukup mengocok perut penonton lewat humor dan guyonan mereka.

Pentas terakhir mereka menyuguhkan Drama tari Arjuna Sastra Bahu dengan tema ‘Pendidikan tidak membedakan kondisi fisik seseorang’ dengan dalang Mangku Arsana, merupakan garapan sinergi seni seluruh penyandang disibilitas dengan mengambil cerita perjalanan hidup Sumantri dan Sukasarana dengan sub lakon ‘Hukuman Pembelajaran Terhadap si Sumantri’. Cerita ini mengisahkan perjalanan si Sumantri dengan adiknya si Sukasarana yang memiliki keterbatasan fisik (disabilitas) yang penuh suka duka dan pertentangan bathin kehidupan dalam mencari ilmu sebagai bekal masa depan kehidupan lebih baik.

Koordinator Pementasan FOR TUNI Sayang HAti KTA, I Nyoman Arjawa, SSn, mengungkapkan, pementasan ini sebagai bentuk kepedulian terhadap para penyandang disabilitas atau keterbatasan. Paling tidak, memberikan ruang atau peluang bagi mereka untuk berkreativitas, karena mereka juga memiliki kelebihan di tengah keterbatasan mereka.

“Mari kita semua peduli kepada mereka yang memiliki keterbatasan, agar mereka memiliki semangat hidup dengan mengajak serta dalam setiap kegiatan di masyarakat,” ajak Arjawa yang juga Ketua Komisi D DPRD Gianyar ini.

Terkait target ke depan, menurut Arjawa, bisa tampil atau pentas partisipasi dalam Pesta Kesenian Bali (PKB) Juni-Juli 2014 mendatang serta mengisi acara peringatan Hari Keluarga Nasional Tingkat Propinsi Bali di Gianyar bulan Juli 2014.

Sementara pembina tari Ni Wayan Nyeri, S.SP yang menjadi pemandu dalam pementasan tari mengaku, tidak begitu kesulitan dalam mengajar, karena rata-rata para penari sudah mengerti bahasa isyarat yang dia peragakan. Kendati demikian, kesabaran dan rasa kasih sayang menjadi kunci utama dalam mengajar dan membina mereka menabuh dan menari, karena bagaimanapun keterbatasan yang mereka miliki tentu memerlukan kesabaran karena harus dilakukan berulang-ulang untuk mencapai hasil yang baik.

“Mereka berlatih selama 1 bulan untuk bisa tampil pada HUT Kota Gianyar tahun ini,” jelas Ni Wayan Nyeri seraya menambahkan mereka juga kerap pentas pada acara-acara lain dan ngayah ketika odalan di pura-pura.

Garapan ini didukung penuh Pemkab. Gianyar dengan pelindung Bupati Gianyar A.A. Gde Agung Bharata dan penasehat Sekda Ida Bagus Gaga Adi Saputra. Sementara Ide cerita dari pementasan ini adalah I Made Sidia. (Humas Gianyar/NGR WW)