Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Dr. Marie Elka Pangestu. P.hd meresmikan Kampung Wisata Banjar Tarukan, Desa Mas, Ubud, Gianyar, di Balai Banjar setempat, (27/9).
Perbekel Desa Mas, I Wayan Gede Darmayuda dalam laporannya menyebutkan, Banjar Tarukan memiliki potensi seni dan budaya yang sangat besar, atas dukungan Bupati Gianyar, sejak awal tahun 2014, sudah berkemas dan mempersiapkan diri menjadi kampung wisata dengan sebutan “Tarukan Tourism Village”. Beberapa potensi yang dimiliki Br. Tarukan diantaranya bangunan balai banjar yang dibangun pada tahun 1970 dengan relief yang sangat indah dan bisa dikatakan dengan model satu-satunya di Bali, Seni Drama yang sejak tahun 1970 sudah mampu tampil hingga ke luar Gianyar, Tari Janger pemuda-pemudi Br. Tarukan sebagai duta Bali yang pada tahun 1980 sudah tampil di Jakarta. Saat ini di Br. Tarukan banyak terdapat sanggar tari drama kerawitan serta kegiatan tradisional dan kegiatan upacara yang berlangsung secara kontinyu, disamping dilakukan pula pelestarian Tari Wayan Wong untuk upacara keagamaan dan pentas komersil berupa Darama Tari Kupu-kupu Tarum. Potensi lain yang dimiliki adalah Pemandangan persawahan dan kegiatan wisata alam di Kawasan Rapuan yang di dukung dengan keberadaan akomodasi home stay.
Namun, belum terpromosikannya potensi ini dan penataan yang dirasa belum mampu menyedot wisatawan untuk datang ke Br. Tarukan menjadi permasalahan yang harus segera dipecahkan. Untuk itu diharapkan Menteri Pariwisata dan Kreatif dapat memberikan konsep penataan dan perencanaan untuk pengembangan Desa Wisata Br. Tarukan disamping membangkitkan kembali seni patung di Desa Mas yang mengalami kejayaan di tahun 1970-an.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan segera membahas hal ini dengan jajajrannya untuk membangun, menata dan mengelola pariwisata yang terintegrasi, seperti di 6 daerah yang sudah dikembangkan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di Indonesia.
Untuk membangkitkan kembali kejaayaan seni patung di Mas, diperlukan adanya semacam pendidikan non-formal (tidak perlu hingga membangun wadah) dimana maestro-maestro yang ada dapat mengajarkan kepada generasi muda seni patung sebagai seni yang menjanjikan.
”Di Desa Mas perlu dikembangkan semacam fokus discussion yang melibatkan maestro-maestro patung dunia, dimana nantinya diharapkan akan mampu mempercepat promosi patung di Mas”, terangnya.
Hal ini sejalan dengan konsep pengembangan pariwisata yang bertepatan dengan peringatan hari pariwisata dunia, yakni membangun masyarakat melalui pariwisata. Pengembangan kampung wisata seperti ini sangat tepat, karena wisatawan nantinya tidak hanya diajak untuk melihat, namun ikut merasakan atau beriteraksi langsung dan mendalami tentang kepariwisataan yang ada di satu tempat. “Kedepannya, event dan festival harus dapat lebih kontinyu dilaksanakan. Jika hal ini telah dilakukan maka kampung wisata ini akan menjadi daya tarik baru bagi wisatawan”, pungkas Maria Pangestu. (Humas Gianyar/las)