23 May 2017

The 4th Ubud Royal Weeknd 2017, Menginspirasi Masyarakat Global Melalui Pendekatan Budaya

Industri pariwisata masih menjadi salah satu sumber utama pendapatan negara. Untuk itu, sektor ini akan terus menjadi lahan yang paling tepat untuk dikembangkan. Saat ini, Bali pada umumnya, Ubud, Gianyar pada khususnya tetap menjadi destinasi utama para wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus). Dalam rangka memerikan wadah kolaborasi dan interaksi bagi stakeholders lokal maupin global, MarkPlus, Inc. dan Keluarga Puri Agung Ubud bersama masyarakat kembali menyelenggarakan The 4th Ubud Royal Weekend. Kegiatan yang dilaksanakan dari 19 – 21 mei 2017 di Museum Puri Lukisan, Ubud, Gianyar, Bali mengangkat tema “Enterpreneurship, Cultural, and Torism”.

Pada kegiatan tersebut juga diresmikan Program Pengembangan Desa Wisata Indonesia yang di dukung oleh tiga kementrian yakni, Kementrian Pariwisata RI, Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Indonesia (DPDTT), serta Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUMKM) RI. Dipilihnya Ubud menjadi tempat peresmian program, karena Ubud dianggap dapat menjadi percontohan yang tepat bagi pengembangan desa wisata di Indonesia. Tidak hanya sebagai destinasi wisata, Ubud telah mampu menyelaraskan wirausaha UKM dan juga mengembangkan desanya sebagai upaya untuk menarik wisatawan.

Menteri Pariwisata (Menpar) RI, Arief Yahya mengatakan, sebanyak 40 % wisman masuk ke Indonesia lewat Bali, sisanya lewat Jakarta 30 %, Kepulauan Riau 20 %, dan 10 % tersebar luas di daerah lain. Selain itu, Bali juga memiliki keistimewaan dengan segudang reputasi dunia yang dialamatkan padanya. Bali juga merupakan contoh destinasi yang paling lengkap 3A-nya, Atraksi, Akses dan Amenitas,” ungkap Arief Yahya.

Dalam dunia pariwisata terdapat tiga atraksi utama yang dicari oleh wisatawan, yakni  culture, nature, dan man-made (artificial). “Wisata budaya atau culture tourism masih memegang porsi 52  dari aktivitas wisata dunia. Di Indonesia peran wisata budaya memegang porsi yang lebih tinggi dalam mendatangkan wisatawan mancanegara, yakni sebanyak 60 %. Saya yakin dengan angka ini Indonesia dapat bersaing kuat dalam cultural industry,” ungkap Arief optimis.

Arief Yahya menambahkan, berdasarkan data tersebut posisi bali masih sangat kuat dalam menghadirkan cultural tourism di Indonesia. Meskipun dengan kemajuan ekonomi dan berbagai aktivitas modernisasi, wilayah Bali masih tetap menjaga tradisi leluhurnya. Ubud merupakan salah satu wilayah yang bersinergi membangun daerahnya sekaligus memperkuat tradisi dan budaya lokalnya.

Sementara itu, Meteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Indonesia (DPDTT), Eko Putro Sandjojo mengatakan, selama ini telah banyak dana yang dikerahkan untuk pembangunan desa. Dan menjadilan wilayah desa sebagai tempat wisatawan merupakan salah satu langkah untuk dapat cepat membangun dan memajukan wilayah pedesaan di Indonesia. Kunjungannya ke The 4th Ubud Royal Weekend, merupakan salah satu upaya untuk mendapat masukan dari Ubud dalam upaya klasterisasi desa. Ubud yang terkenal dengan destinasi wisatanya, sehingga perlu mendapat masukan fokus pariwisata yang ingin dikembangkan.

“Di daerah Ubud ini saya ingin mendapat masukan, fokus pariwisatanya dimana sehingga kebutuhannya apa. Nanti kita kumpulkan 16 kementrian terkait, dunia usaha plus bank bagaimana mereka bisa membantu,” ungkap Eko Putro Sadjojo.

Tidak ketinggalan, Menteri Koperasi dan UKM RI, A A GN Puspayoga juga turut mendukung program menyukseskan desa wisata di Indonesia. Pihaknya ingin melengkapi dari sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Menurutnya, UMKM akan bisa menjadi klop bila dipadukan dengan desa wisata. “Kita ada program one village, one product. Tebentuknya desa – desa wisata akan sangat membantu proses pemasaran berbagai prosuk UKM-nya,” kata Puspayoga.

Selain itu, Puspayoga mengatakan bahwa Kementrian KUKm juga mendorong agara koperasu di desa aktif dan kreatif dalam pembentukan dan pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Selain itu, diharapkan desa – desa ini juga turut mengembangkan homestay dan desa wisata. “Melalui BUMDES, potensi desa wisata dan homestay sangat bisa dipertimbangkan untuk dikelola karena sektor ini cukup menjanjikan,” tukas Puspayoga.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Artha Ardhana Sukawati mengatakan, yang sering menjadi masalah dalam pariwisata adalah terjadinya overlapping antara masing – masing wilayah. Menurutnya, pariwisata itu semua ada pasarnya, pasar berdasarkan asal usul negaranya seperti Eropa, China, Amerika, Australia yang mempunyai hobi atau daya tarik yang berbeda – beda, begitu pasar yang berdasar daya beli wisatawan, ada yang tinggi, menengah dan murah. “Kalau ingin mengklaster, klaster berdasarkan daya belinya, berdasarakan daya tariknya. Jangan dicampur” ungkap pria yang akrab disapa Cok Ace ini.

Cok Ace menambahkan, di Ubud khususnya lebih condong dikembangkan kawasan budaya. Karena Ubud mempunyai DAS Pakerisan yang memiliki catatan – catatan peradaban Bali. Definisi klaster kawasan budaya, yakni berskala kecil dan masyarakat menjadi pelaku utama. Untuk itu, pembanguan di Ubud juga harus di kotrol, dimana pembangunannya harus mencerminkan budaya Bali. Kontrol tersebut juga harus dilakukan pada investasi taman wisata modern. Pariwisata memang lahan yang tidak terbatas, banyak hal yang bisa dibangun dikembangkan dari pariwisata. Namun, membangun sebuah budaya dan pariwisata memerlukan waktu berpuluh – puluh tahun. Dalam konsep pengembangannya, dikembangkan sebagai kebutuhan dari masyarakat sendiri dengan tema pariwisata budaya sehingga kita tidak terjebak oleh keinginin kustomer (wisatawan).  “Apa yang tidak cocok di bangun di Ubud, jangan dibangun di sini. Akan melemahkan nilai tarik kita disini,” ungkap Cok Ace.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, Anak Agung Bagus Ari Brahmanta mengatakan, penyelenggaraan event ini mampu meningkatkan jumlah kunjungan dan lama kunjungan wisatawan di Kabupaten Gianyar, khususnya Ubud. Peningkatan kunjungan mencapai angka yang cukup signifikan, yakni 15% dari sebelumnya hanya 150 ribu menjadi 300 ribu. Pelaksanaan event ini di Ubud menyasar pasar Internasional, diharapkan mampu memberi dampak positif bagi perkembangan pariwisata di daerah lain. “Ubud sudah memiliki brand yang sudah dikenal. Dari Ubud kita mengambangkan daerah lain, “ terang Ari Brahmanta. 

Selain dimelibatkan seniman lokal The 4th Ubud Royal Weekend juga dimeriahkan oleh pementasan seni dari Kabupaten Lumajang. Ratusan seniman Kabupaten Lumajang menunjukkan perfomenya pada acara pembukaan The 4th Ubud Royal Weekend serta ikut berkontribusi mengadakan pameran pada stand pameran UKM. Kegiatan The 4th Ubud Royal Weekend juga diisi dengan berbagai kegiatan seperti Lomba Mewarnai tingkat TK, Lomba Peragaan Busana ke Pura Tingkat TK, Peragaan Busana Dewasa serta seminar. (HumasGianyar/Set)

Tentang


Pemerintah Kabupaten Gianyar, Ini adalah website resmi Pemerintah Kabupaten Gianyar, Bali, Indonesia.

Kontak Kami


info@gianyarkab.go.id

Jl. Ngurah Rai-Gianyar, Gianyar, Kec. Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali 80511


© 2024 TIM SPBE Kabupaten Gianyar .