Sekaa Gong Kebyar Kembang Dharma Putra yang dipersiapkan mewakili Kabupaten Gianyar pada PKB Bali 2013 memukau ribuan penonton di Open Stage Balai Budaya Gianyar, (21/4).
Sekaa Gong Kembang Dharma Putra yang bersanding dengan Sekaa Gong Kebyar anak-anak Sila Pertipa, Banjar Palak Sukawati, selain disaksikan ratusan penonton, juga hadir Bupati Gianyar Anak Agung Gde Agung Bharata SH. didampingi Plt Sekda Kabupaten Gianyar Drs. Ida Bagus Gaga Adi Saputra M.Si. dan Kadis Kebudayaan Gianyar Tjokorda Rai Pemayun SH.
Sekaa Gong Kebyar Kembang Dharma Putra Banjar Menak Tulikup Gianyar menampilkan tabuh pembuka kreasi lelambatan yang berjudul “Erang”. Tabuh “Erang” yang berarti jengah karya I Dewa Putu Berata, S.Sn. diapresiasikan sebagai pemacu semangat dalam usaha mencapai sesuatu yang diinginkan, dengan hal kebaikan untuk hasil yang memuaskan. Lanjut, suguhan tari kreasi dengan judul “Citta Wiyasa” mengisahkan kreatifitas yang dilakoni masyarakat Tulikup pada kesehariannya sebagai pengerajin bata merah dengan suka-cita melakoni anugerah yang diwarisi dari generasi untuk generasi, bergelut pada lumpur. Karya ini garapan dari Ida Bgs Ketut Agung Sugiarta, S.Sn. dengan penata kerawaitan I Dewa Putu Rai, S.Sn.
Pada penampilan terkahir sekaa gong kebyar anak-anak asal Desa Tulikup menampilkan tabuh kreasi berjudul “segara madu” karya Ida Bgaus Made Widnyana S.Sn. Segara diidentikkan dengan laut yang kebetulan desa Tulikup memiliki laut/pantai kesiut yang makna dan fungsinya sebagai sumber kehidupan dan kesucian harus disucikan dan dilestarikan jangan dieksploitasi agar tidak rusak, kotor dan membahayakan keselamatan manusia.
Sekaa Gong Anak-anak Sila Pertipa Banjar Palak Sukawati mementaskan tabuh kreasi pepanggulan berjudul “senen” yang diapresiasikan sebagai seni nurani dan mentalitas orang Bali yang tidak boleh melupakan yadnya dipersembahkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Waca sebagai swadarma sosial ketulusan dalam menekuni seni yang bernilai estetika tinggi mengenalkan Bali dengan peradaban budaya yang diharapkan nantinya membentuk karakter manusia Bali yang polos, lugu, religious dan bermartabat tidak melupakan jasa dan karya leluhurnya. Seperti karya seniman “Pekak Senen” yang mampu mengharumkan nama Gianyar dan Bali lewat karya-karyanya yang fenomenal dengan pembina tabuh Jro Mangku Arsana dan Yanki Wirabawa.
Pentas selanjutnya tarian “puspita sari” Karya Cokorda Istri Putra Padmini, dengan penata tabuh Ketut Cater mengisahkan tarian penyambutan tamu dengan unsur-unsur gerak tari pependetan dengan raut muka berseri dan ramah bak puspa ragam kembang warna warni menebar keharuman.
Tarian Wiranjaya dengan Pembina tari Ni Made Lisa Anggara Dewi dan Pembina tabuh Indra Sadguna mampu mengundang decak kagum penonton, selain cantik dan mempesona juga lincah menggerakkan jemari tangannya. Tarian ini sebuah karya agung para seniman leluhur Bali utara yang keberadaannya semakin langka dan jarang dipentaskan. Merupakan tarian Bebancian diciptakan tahun 1975 oleh seniman besar Buleleng Putu Sumiasa dan pamannya Ketut Merdana. Mengisahkan dua putra Pandu yaitu Nakula dan Sadewa yang sedang belajar memanah dengan guru Bagawan Tambemetre. Penampilan terakhir mementaskan tari kreasi baru Tomcat, apresiasi seni mengisahkan serangga kumbang di daerah tertentu dikenal dengan semut semai. Suka menggigit dan menyengat dan kumbang gemar mengeluarkan cairan otomasi berwarna hijau. Ide cerita I Made Sidia, S.Sp. penata tari Wayan Budiarsa dan penata kerawaitan I Ketut Cater. (Humas Gianyar)