Apel peringatan hari jadi ke-241 Kota Gianyar tampak berbeda dari tahun sebelumnya. Mengingat untuk kali pertama dibawah kepemimpinan Bupati Gianyar, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, dan Wakil Bupati, Dewa Made Sutanaya sejarah kota Gianyar dibacakan sebagai rangkaian dari Apel peringatan hari jadi ke-241 di Lapangan Astina Gianyar (19/4).
Bupati Gianyar, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati ditemui selepas apel, menyampaikan sejarah Kota Gianyar, untuk kali pertama dibacakan karena bentuk aslinya sudah ada dalam perda. Sejarah Gianyar yang cukup panjang untuk menyingkat atau memperpendek memerlukan pertimbangan beberapa aspek. Setelah dibicarakan dengan pihak dewan akhirnya, sejarah kota dapat dibacakan sesuai draf asli yang sudah ada sebelumnya.
Bupati Gianyar berharap dengan dibacakannya sejarah kota dapat terus diingat dan menjadi momentum evaluasi pembangunan ditahun sebelumnya. Peringatan hari jadi juga dapat menjadi pengingat bagi pendiri atau pemimpin gianyar, apakah sudah konsisten pada jalur pembangunan dalam mensejahterakan rakyat gianyar.
Terkait dengan evaluasi dalam tahun ini, Cok Ace menjelaskan hal mendesak adalah dalam pemerataan pembangunan. Karena, secara historis, dulu ada dikatomi antar gianyar barat dan timur. Akhir-akhir hal ini sudah bisa diperbaiki dan disatukan, baik secara teteriol atau pun pada sektor lainnya.
Sementara Gubernur Bali, Made Mangku Pastika dalam sambutannya yang bicakan Bupati Gianyar menyampaikan peringatan hari jadi Kota Gianyar pada hakikatnya adalah seremoni-historis sebagai momentum evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program pembangunan di Kabupaten Gianyar. Sekaligus melihat posisi dan prestasi pembangunan diantara daerah-daerah lainnya di Bali, bahkan tanah air.
Gubernur Bali dalam sambutannya menambahkan sebagai “daerah seni”, Gianyar memiliki karakteristik yang berbeda dengan daerah lainnya di Propinsi Bali. Keberadaan lembaga-lembaga tradisional seperti desa pakraman, subak, banjar adat, sekaa teruna, serta berbagai sekaa kesenian, harus terus diberdayakan sejalan dengan program pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat. Partisipasi lembaga-lembaga tradisional secara institusional dalam pembangunan daerah harus ditempatkan secara proporsional, dalam kerangka efektifitas program di satu sisi, dan pelestarian budaya di sisi lainnya. Hal ini sesuai dengan komitmen kita mendukung perkembangan pariwisata budaya.
Apel peringatan diakhiri dengan pementasan marchingband Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Sumedang, Jabar. (Humas Gianyar)