Kota Gianyar sebagai gudang seni memang tak kehabisan inovasi dalam berkesenian. HUT Kota Gianyar merupakan salah satu media bagi para seniman Gianyar untuk mengekpresikan karya. Hal tersebut tampak pada pementasan lagu dan lawak kolaborasi “Girianyar” Blahbatuh di Open Stage Balai Budaya Gianyar (15/4).
Pementasan kolaborasi kontemporer diiringi dengan perpaduan antara musik tradisional Bali dengan musik modern. Suara khas gambelan berpadu apik dengan alunan melodi musik modern dipercantik dengan gerak gemulai para penari dengan tidak meninggalkan pakem - pakem tradisional yang sudah ada.
Menurut pimpinan Sanggar Girianyar, Gusti Ngurah Aryawan dalam pementasan di Balai Budaya, menampil alat musik modern gitar elektrik, bass, gitar akustik, kojen, keyboard, sedang untuk musik tradisi menggunaka alat musik, 4 buah gangsa semar pegulingan, 2 buah calung, 2 buah jegog, 1 buah kendang, 1 buah seruling, cengceng, kempli, dan ceceng baleganjur 4 buah.
Ngurah Aryawan menjelaskan dibutuhkan waktu 15 belas hari untu mempersiapkan pertunjukkan kali ini. Kendala yang dihadapinya adalah susahnya menselaraskan suara penyanyi Ray Peni dan musik. Hal ini dikarenakan Rai Peni yang biasa main di nada A dan F agak susah diikuti. Karena kolaborasi musik yang dimainkan hanya bisa main pada nada C dan G.
Menyikapi hal ini, dirinya membutuhkan waktu agak lama untuk menyusuaikan nada musiknya dengan nada Rai Peni. Namun setelah dapat perpaduan yang pas Ngurah mengaku Rai Peni sangat puas dengan hasil kolaborasinya.
Selain tampil bersama Rai Peni dengan lagu, Gianyar Bersatu, Karya Agung, Suka-suka dihati, sanggar ini juga mengiringi, Dek Arya dengan lagu sekpri, sing juari. Tampil juga penyanyi Yan Se dengan lagu, blabar Agung, ngidang sabar. Selai itu juga tampil penyanyi perempuan Sara dengan lagu, Taksu, Khatulistiwa, kala cinta menggoda dan penampilan Dek Sandi dengan lagu Bungan Sandat dan Natad Sandal. Pementasan selama hampir 3 jam tersebut juga dimeriahkan dengan tampilan Lawak Sangar dan kawan-kawan, Fire Dance serta Tari Dewa Dewi.
Sanggar yang berlokasi di Br. Celuk, Desa Buruan Blahbatuh berdiri sejak 5 Agustus 2012, untuk kali pertama berpartisipasi dalam peringatan hari jadi kota Gianyar. Gusti Ngurah Aryawan menjelaskan, Sanggar Giri Anyar terbentuk untuk menyatukan dua aliran musik yang berkembang di Desa Buruan, yakni tradisional dan modern.
Pertunjukkan digarap sekitar 50 orang tersebut, tampak sangat merakyat. Penonton duduk lesehan dengan rapi di depan panggung. Hal itu juga dirasakan oleh salah satu penonton Asal Cebaang Serongga, Gianyar, Ida Bagus Agung Purnama. Pertunjukkan malam itu berbeda dari tahun - tahun sebelumnya. “Suasananya sangat merakyat. Semua penonton duduk lesehan di depan panggung,” kata Ida Bagus Agung Purnama
Salah satu penonton remaja, asal Tampaksiring, Dewa Ayu Yuliantini mengungkapkan Musik tradisional jika dipadukan dengan music modern bisa menarik kalangan remaja. “ternyata musik tradisional jika di kolaborasikan dengan musik sekarang bisa keren juga, kalo kayak gini kalangan remaja tertarik untuk nonton, seru dan keren.” Ungkap Dewa Ayu.
Kabid Kesenian dan Perfilman, Dinas Kebudayan Gianyar, I Wayan Suwija, mengatakan gagasan kolaborasi digelar untuk menambah daya tarik pertunjukkan pada HUT Kota Gianyar ke-242 sehingga tidak monoton dari tahun ke tahun. “Unsur inovatif tersirat dalam tiap pertunjukkan tanpa menghilangkan kaidah tradisional”. (Humas Gianyar)