Setelah penampilan memukau uji coba Gong Kebyar Wanita Madya Sari Br.Tengah Peliatan Ubud dan Gong PKK Br.Batanancak Mas Ubud duta Gianyar beberapa waktu lalu (17/4), kini giliran Gong Kebyar anak-anak Rare Perahyangan, Payangan dan Gong Kebyar Anak Asti Bangun Liman Blahbatuh unjuk kebolehan di Open Stage Balai Budaya Gianyar Rabu malam (20/4).
Gong Kebyar anak-anak Rare Perahyangan, Payangan dan Gong Kebyar Anak Asti Bangun Liman Blahbatuh membawakan beberapa tabuh dan tarian yang cukup banyak menyedot perhatian masyarakat. Gong Kebyar Anak Asti Bangun Liman merupakan duta kesenian Gianyar pada Pesta Kesenian Bali tahun 2010. Sedangkan Gong Kebyar anak-anak Rare Perahyangan, Payangan merupakan duta Gianyar dalam PKB tahun 2011 nanti.
Dalam pementasan pertamanya Sekaa Gong Anak-anak Rare Parahyangan membawakan Tabuh Pisan Lelambatan dengan Judul “Ulek Kidek”. Tabuh ini lahir dari adanya suatu proses hasil keterbukaan terhadap berbagai gejala rasa yang masuk kedalam pikiran pe?ata/ sehingga komposisi ini muncul begitu saja tanpa adanya keharusan atau bisa disebut ulek kidek yaitu jalan mula. Tabuh Ulek Kidek merupakan hasil binaan Dewa Putu Rai, S.Sn.
Pada penampilan ke dua, Rare Parahyangan membawakan Tari Legong Keraton “Candra Kanta” yaitu mengisahkan pertemuan Bulan dengan Matahari sehingga terjadi Gerhana Bulan yang mengakibatkan dunia menjadi gelap. Setelah masyarakat mengaturkan sesajen, memukulkan kentongan, serta melantunkan puji-pujian, maka Bulan bersinar kembali seperti sedia kala. Candra Kanta merupakan hasil binaan I Gusti Agung Ayu Sapitri, S.Sn dan Ni Wayan Sriyani, S.Sn, serta Gusti Ngurah Agung Jaya Kusuma sebagai pembina Tabuh.
Tari Dolanan “Meguling-gulingan” merupakan penampilan terakhir dari Rare Parahyangan yang merupakan hasil binaan I Nyoman Budiasa, S.Sn dan Ni Nyoman Sukerni. Ide cerita Meguling-gulingan dari I Made Sidia, S.Sn ini terinspirasi dari makanan Babi Guling asal Gianyar yang terkenal enak. Dalam cerita ini ingin disampaikan bahwa untuk mencapai suatu kematangan hidup dibutuhkan suatu perputaran atau “diguling” sehingga dihasilkan suatu pemerataan. Garapan cerita yang dibawakan secara jenaka disertai canda gurau oleh anak-anak diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada semua orang bahwa pemerataan dan keseimbangan di semua bidang kehidupan sangatlah penting. (Humas Gianyar)