18 April 2015

Pawai Budaya HUT Ke-244 Kota Gianyar

Kabupaten Gianyar dikenal memiliki ribuan peninggalan seni dan budaya yang tersebar di seluruh kecamatan. Tak salah, hingga saat ini, Gianyar masih tetap menjadi magnet tersendiri, bagi seluruh kalangan dari berbagai dunia. Warisan tersebut harus tetap hidup selamanya, dijaga, dilestarikan, demi menjaga taksu pusaka budaya leluhur.

Hal tersebut tergambar dalam pementasan pawai budaya “Dira Jagadhita” yang digelar serangkaian menyambut HUT Kota Gianyar ke-244, Jumat (17/4). Tujuh kecamatan ambil bagian dalam pawai tersebut, mempersembahkan totalitas seni budaya yang mereka miliki. Turut hadir anggota DPD RI Arya Weda Karna, Bupati Purwakarta, mantan bupati Gianyar Tjokorda Artha Ardana Sukawati, serta anggota DPRD Provinsi Bali perwakilan Gianyar.

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar Gusti Ngurah Wijana menerangkan,  pawai budaya pada tahun ini dikemas dengan konsep mengenalkan pusaka – pusaka daerah, yang di dalamnya terdapat peninggalan bangunan kerajaan, tempat – tempat bersejarah yang disucikan, dan lainnya.”Kami ingin kenalkan kearifan lokal budaya yang dimiliki masing – masing desa,”ungkapnya.

Dalam pantauan di lapangan, pawai diawali dengan atraksi marching band dari Universitas Warmadewa, dilanjutkan dengan sambutan Bupati Gianyar. Berikutnya pertunjukkan marching band tradisi dari SMK 3 Sukawati. Kemudian, partisipasi sekilas pawai budaya dari DIY Jogjakarta.

Selanjutnya, masing – masing kecamatan unjuk kebolehan. Dimulai dari Kecamatan Gianyar, yang diwakili desa Bakbakan, menceritakan asal – usul berdirinya Puri Bakbakan. Kecamatan Tampaksiring, mengambil sejarah daerah aliran sungai (DAS) Pakerisan. Dimana, DAS Pakerisan telah menjadi bagian warisan budaya dunia (UNESCO) yang harus dilestarikan.

Berikutnya kecamatan Ubud mengisahkan terbentuknya desa Singakerta. Selanjutnya, kecamatan Payangan, yang diwakili desa Kelusa mengambil judul Aci Keburan. Menceritakan sejarah awal berdirinya Pura Hyang Api, yang hingga saat ini memiliki tradisi pergelaran tajen yang wajib dilaksanakan selama satu bulan tujuh hari dalam setiap odalan.

Kemudian, desa Bedulu, sebagai duta kecamatan Blahbatuh menampilkan fragmentari dengan tema Bubuksah Gagangaking. Cerita tersebut berkaitan dengan sejarah Goa Gajah. Setelahnya, Kecamatan Tegalalang mengambil kisah Samudra Mantana, tentang cikal bakal patung Garuda yang menjadi ikon di Pakuduwi. Penampilan terakhir disuguhkan oleh kecamatan Sukawati yang membawakan tema Siwa Murti Wisesa Sakti. Lakon tersebut mengisahkan tentang penciptaan alam beserta isinya. Namun, suatu waktu, karena ukah garang para raksasa menghancurkan seisi alam.

Ditemui selepas acara, Bupati Gianyar Anak Agung Bharata ingin mengajak seluruh masyarakat Gianyar untuk senantiasa menghormati jasa para leluhur. Dengan menggali, mengembangkan warisan budaya yang ditinggalkan.”Sebagai jati diri meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri,”ucapnya.

Dia mengatakan, Gianyar Kota Pusaka menjadi penting untuk dikedepankan. Sebab, sejatinya Gianyar memiliki kekayaan atas keragaman warisan seni dan budaya, mulai dari zaman pra-Hindu, maupun zaman Hindu-Budha (Bali Kuno).

Hal tersebut, lanjut dia, mengindikasikan, bahwa Gianyar sebagai zona konservasi dan warisan budaya merupakan representasi masyarakat Bali dengan budaya adiluhung. Dalm artian, Gianyar adalah miniature dari Bali itu sendiri. Dimana, seni budaya sebagai jati dirinya.

“Menghadapi gerusan globalisasi yang kian tak tertahankan, saya mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya warga Gianyar, untuk senantiasa menjadikan masa lalu sebagai cermin, dan landasan berpijak menuju arah yang lebih baik,”pungkasnya. (Humas Gianyar/ari)

Tentang


Pemerintah Kabupaten Gianyar, Ini adalah website resmi Pemerintah Kabupaten Gianyar, Bali, Indonesia.

Kontak Kami


info@gianyarkab.go.id

Jl. Ngurah Rai-Gianyar, Gianyar, Kec. Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali 80511


© 2024 TIM SPBE Kabupaten Gianyar .