Parade gong kebyar dewasa serangkaian memeriahkan Hari Ulang Tahun Kota Gianyar Ke-246, berlangsung (15/4). Parade pagelaran ini dilaksanakan nyatur desa. Sekaha Gong Jenggala Gita Swara, Desa pakraman Tegallalang posisinya menghadap kebarat dari sebelah selatan tiang gawang sepak bolla astina Gianyar, menghadap barat mesadu ajeng (berhadapan) dengan Sanggar Manik Swari, Batuyang Batubulan Kangin, yang tampil menghadap ketimur di open stage terbuka Balai Budaya Gianyar menghadap ketimur. Rekannya Sanggar Seni Tari Saba Blahbatuh menghadap keselatan dari sebelah barat tiang gawang Sepak Bolla, Astina Gianyar berhadapan dengan Seka Gong Sanggar Krisma Tampaksiring. Tak mengherankan tepuk tangan sorak ceria bergemuruh, bersahutan dari penonton menyambut kehadiran mereka pentas dipagelaran tersebut.
Menurut Kadis Kebudayaan Gianyar Drs. Gusti Ngurah Wijana, MM.M.Pd. mengatakan para seniman muda unjuk kebolehan menabuh mengapresiasikan karya seni mereka dengan bisikan rasa, hati yang halus mereka memainkan gambelan.”Semangat masyarakat Gianyar menonton pagerlaran ini sangat tinggi, terbukti sejak pukul. 19.00 Wita. Mereka sudah memadati area pertunjukan, ”terang Gusti Ngurah Wijana.
Lebih jauh diutarakannya sebagai tabuh pemungkah Sanggar Manik Swari, Batuyang Batubulan Kangin Sukawati, penampilkan Tabuh Kreasi yang berjudul “Loloan” terinpirasi dari air pengunungan mengalir menelusuri semak-semak sungai yang pada akhirnya bermuara kelaut, proses pertemuan air tawar dengan air laut yang saling tarik menarik ini terjadi perpaduan sehingga dimaknai dua rasa dalam sebuah kerawitan dengan penata kerawitan I Nyoman Windha.
Usai penampilan Sanggar Manik Swari dilanjutkan kebolehan Sanggar Seni Saba Sari Blahbatuh dengan Tabuh Kreasi “Durga Jempinis” yang menceritakan sebuah “Keris Pusaka” milik Puri Saba blahbatuh Gianyar, diberikan oleh I Gusti Ngurah Jelantik, kepada I Gusti Gede Padang ketika membebaskan alas Rengked. Pusaka ini diyakini memiliki kekuatan Durga yang mampu mengatasi suasana hutan yang dihuni oleh para dedemit jin setan memedi reregek, karena Durga adalah dewa dari semua golongan penguhasa hutan. Dan tarian yang dipentaskan tari kreasi “Semara Bayu Agung” dengan penata tabuh Anak Agung Jaya Kesuma.
Dan berikutnya dilanjutkan dengan penampilan Sekaha Gong Jenggala Gita Swara Desa Tegallalang dengan judul “Pepanggulan Yoga” Menceritakan terjadinya pergeseran prilaku manusia melespas etika menyebabkan adanya perubahan psikologis menyimpang dari prilaku yang baik, yang curang, jahat maju merajalela menyebabkan jauh dari harapan dan kekecewaan, beranjak dari itulah Penata Tabuh I Made Yoga Sumadi.S.Sn. bersama Bendesa Pakraman Tegalalang Jaya Kusuma sebagai penanggung jawab, mengapresiasi seni tabuh Pepanggulan. Dan sebagai penampilan paling pamungkas, Sekaha Gong Sanggar Krisma Tampaksiring tak ingin ketinggalan juga mampu memukao penonton dengan judul “Kebyar Perak” merupakan garapan klasik pepanggulan yang terinspirasi dari kemilau sinar Perak yang memantulkan Cahaya ke Jagat Raya, tertuang dalam bentuk komposisi Kebyar dengan mengolah dunia melodi yang sangat apik, dengan Tempo, Ritme dan Dinamika mengalun merdu menyesuaikan rangkaian nada-nada pentatonis gambelan Bali dengan penata tabuh Wayan Situbanda, dengan pembina tari Dewa Gde Ngurah Semarabawa, S.Pd. menampilkan “Tarian Wiranjaya” Sementara Sanggar Manik Swari, Batuyang Batubulan kangin menampilkan Tari Palawakya, Giwang Arnawa, dan Pragmentari Sakuntala. (HumasGianyar/Sanduts)
Foto Terkait :