Parade gong kebyar selalu menjadi primadona pada ajang Pesta Kesenian Bali (PKB). Terbukti, setiap pagelaran parade gong kebyar baik dewasa, wanita dan anak-anak, sesak oleh penonton. Seperti penampilan gong kebyar anak-anak antara Sekaa Gong Panji Kumara Mas Br. Jasri, Belega, Blahbatuh sebagai duta Kabupaten Gianyar dengan Sekaa Gong Widia Guna Sandi Br. Tambahan Kelod Tembuku sebagai duta Kabupaten Bangli, pada PKB ke-36, (27/6), di panggung terbuka Ardha Candra dipenuhi ribuan penonton.
Kedua duta kabupaten ini memberikan penampilan terbaik mereka lewat tabuh dan tari kreasi yang apik dan indah serta beberapa kali mendapat aplaus penonton. Masing-masing duta juga didukung supporter mereka yang membuat panggung terbuka berkapasitas sekitar 7.000 orang bergemuruh.
Sekaa Gong Panji Kumara Mas Duta Gianyar menampilkan 2 tabuh kreasi dan 2 tarian, yakni Tabuh Telu Kreasi “Jaladara”, tari nelayan, tari dolanan “Maumah-umahan” dan Tabuh Kreasi “Kembang Kumara”. Pola garapan tabuh Telu Kreasi tidak terlepas dari uger-uger lelambatan tabuh telu, dimana penata mengkreasikan ornamentasinya sehingga menimbulkan nuansa tabuh lelambatan yang berbeda. Jaladara bermakna aliran air, dimana diharapkan dari jaladara ini kelak menjadi sesuatu yang dapat berguna bagi masyarakat yang membutuhkan. Gambelan ini tidak terlepas dari estetika, pengolahan tempo dan ritme serta jajar pageh atau tri angga yakni kawitan, pengawak, dan pengecet.
“Kami ingin menampilkan garapan yang berbeda sehingga memiliki ciri khas tersendiri,” ujar I Ketut Cater yang menciptakan tabuh Jaladara bersama I Gede Yudi Dananjaya dan I Wayan Tilem Arya Sastrawan.
Sementara tari nelayan ciptaan I Ketut Mardana dari Buleleng sekitar tahun 1960-an, menggambarkan kehidupan para nelayan di laut yang hidup hanya dari hasil menangkap ikan. Tari ini banyak menampilkan gerak-gerak imitative dan mime seperti mendayung, melempar jala, tertusuk duri ikan dan lainnya.
Lanjut, Tari Dolanan “Maumah-umahan” merupakan realita cerminan kehidupan masa kini dimana banyak anak-anak lebih senang bermain di luar rumah. Melalui permainan ini penata ingin mengajak anak-anak agar selalu sayang dan peduli terhadap tanah kelahiran atau rumah tempat tinggalnya, ditengah jaman globalisasi dan semarak budaya merantau, mengakibatkan banyak anak-anak yang melupakan tanah kelahirannya.
“Dolanan Maumah-umahan menawarkan kecakapan dan kecepatan anak-anak di dalam meraih rumah atau tempat yang dituju sehingga siapapun dari mereka yang lebih cepat dialah yang berhasil memenangkan permainan ini,” jelas I Made Sidia yang menciptakan tari ini bersama I Wayan Mursika
Penampilan terakhir berupa tabuh kreasi “Kembang Kumara”, dimana penata mencoba berbagai keindahan melodi kehidupan, bersuka ria dengan nada-nada dan tanda manisnya jaman, berkasih mesra dengan ritme dan dinamika pengakuan sanak saudara serta menyamai kedamaian ke dalam ayunan tempo yang menyejukkan dan menggembirakan.
Sementara Sekaa Gong Widia Guna Sandi Br. Tambahan Kelod Tembuku duta Kabupaten Bangli juga menampilkan 2 tabuh kreasi dan 2 tari kreasi yakni, Tabuh Telu Lelambatan “Poh Oleng”, tari nelayan, Tabuh Kreasi “Kuma Lipan”, dan Tari Dolanan “Mekedeng-Kedengan”.
Kedua duta kabupaten ini juga mendapat dukungan dari pejabat, seperti duta Gianyar dihadiri Asisten I Cokorda Rai Widiarsa P, Asisten III Wayan Sudamia, Kepala Badan PP dan KB Ida Ayu Putu Sri Ambari, Ketua DPRD Kabupaten Gianyar Made Wardana beserta pimpinan SKPD lainnya. Humas (Gianyar/NGR WW)