Batik sebagai busana nasional Indonesia yang telah diakui dunia mulai dilirik Dekranasda Kabupaten Gianyar. Saat ini Dekranasda Kabupaten Gianyar mulai memperkenalkan produk kain batik khas Gianyar. Hal tersebut terungkap pada audiensi Bupati Gianyar, Anak Agung Gde Agung Bharata dengan pengurus Dekranasda Kabupaten Gianyar di Ruang Tengah Kantor Bupati Gianyar (8/4).
Menurut Ketua Dekranasda Kabupaten Gianyar, Ny. Surya Adnyani Mahayastra, Kabupaten Gianyar selama ini hanya terkenal dengan kain endeknya saja, namun saat ini melalui tangan pengerajin sekaligus designer, Bintang Mira, tengah dicoba untuk memproduksi kain batik yang bisa mencerminkan budaya Gianyar.
Ny. Surya Adnyani Mahayastra juga memaparkan, kain batik ini sudah mulai diproduksi dan pertama kali dipamerkan pada saat Lomba Lingkungan Bersih dan Sehat di Br. Nyuh Kuning Desa Mas, beberapa waktu lalu. Sebagaimana diketahui, Dekranasda adalah sebuah organisasi yang mewadahi para pengerajin dan mempunyai misi untuk mensejahterakan para anggota. Selama ini Dekranasda sudah banyak memfasilitasi pengerajin di Gianyar baik melalui pameran maupun berbagai pelatihan.
Sementara itu Bintang Mira, menjelaskan sebagai seorang desaigner ia berkeinginan membuat sesuatu yang khas yang selama ini belum dimiliki kabupaten seni ini, akhirnya pilihannya jatuh pada kain batik. Untuk motif, Bintang memilih motif patra Bali dan motif endek. Rencananya untuk memenuhi berbagai segmen pasar, selain batik tulis pihaknya juga memproduksi kain batik cetak. “Batik tulis harganya bisa mencapai Rp. 2,5 juta perlembar, namun untuk batik cetak harga bisa ditekan hingga Rp. 100 ribu perlembarnya,” jelas Bintang Mira.
Melalui Dekranasda, Bintang Mira berharap agar Pemkab. Gianyar mau membantu khususnya tenaga pelatih, agar kain batik itu bisa dikembangkan lagi.
Bupati Agung Bharata yang ditemani Plt. Sekda. IB. Gaga Adi Saputra, menyambut baik ide pembuatan kain batik khas Gianyar ini. Hanya untuk tenaga pelatih, bupati berharap agar didatangkan dari daerah Yogya atau Solo, karena akar budaya batik di Indonesia ada di dua daerah tersebut. Selain itu, Bupati Agung Bharata juga berkeinginan dalam pelatihan nanti juga melibatkan budayawan yang mengerti makna motif atau gambar yang akan dipakai dalam batik Gianyar tersebut. Walau sulit, harus tetap diupayakan ada ciri khas tertentu yang bisa membedakan batik Gianyar dengan daerah lainnya. “Dengan adanya masukan dari budayawan, batik Gianyar pasti akan memiliki rasa atau feeling” tegas Bupati Agung Bharata.
Sementara itu Kadis. Perindag yang juga Ketua Harian Dekranasda, Ir. Wayan Suamba, menuturkan karena keterbatasan dana pihaknya hanya bisa memfasilitasi pengrajiin pada beberapa pameran saja seperti pameran Mutu Manikam, Ina Craf dan Surabaya Jewelry. Selain memperkenalkan batik khas Gianyar, pada kesempatan itu juga diperkenalkan kepengurusan Dekranasda Periode 2013-2018. (Humas Gianyar)