23 April 2015

“Konsep Nyatur Desa” Terobosan Anyar Dalam Seni Pertunjukan Gong Kebyar

Suguhan Parade Gong Kebyar  Anak-Anak memeriahkan  HUT Kota Gianyar ke-244, (21/4), di lapangan Astina Raya Gianyar, mendapat perhatian besar masyarakat, pengamat dan pelaku seni budaya.  Pasalnya, dalam perhelatan tersebut menggunakan konsep “Nyatur Desa”  dengan empat panggung saling berhadapan dan empat sekeha tabuh anak-anak.

Untuk panggung 1 atau barat lapangan (open stage) menampilkan Sekehe Gong Kebyar Anak-Anak Widya Kumara Br. Peninjoan Desa Batuan, Sukawati yang sekaligus sebagai duta Kabupaten Gianyar dalam Pesta Kesenian Bali (PKB)  ke-37 Tahun 2015. Duta Gianyar ini menampilkan  tabuh diantaranya, Tabuh Pat Lelambatan Cakra Wahyu dan  dolanan.

Di panggung 2 (utara lapangan)  sebagai pendamping menampilkan sekehe  Gong Kebyar Anak-Anak Kembang Darma Putra, Tulikup, Gianyar.  Panggung 3 (timur lapangan) tampil Sanggar Seni Sapta Widya Budaya Desa Guwang Sukawati dan panggung 4 (selatan) yakni  Sekehe Gong Kebyar Anak-Anak Panji Kumara Mas, Desa Belega, Blahbatuh, Gianyar. 

Banyak penonton memberi apresiasi atas konsep “Nyatur Desa” ini, karena dinilai sebagai terobosan anyar dalam seni gong kebyar. Selama ini hanya dikenal konsep mebarung dengan 2 sekehe tabuh. Namun, kini mereka bisa menikmati seni gong Gebyar dari empat sekehe gong. Uniknya, penonton cukup duduk atau berdiri di tengah lapangan diantara panggung, tinggal menggeser arah duduk sesuai giliran sekehe gong masing-masing panggung. 

Jero Mangku Arsana, salah satu penonton yang memberi apresiasi atas konsep “Nyatur Desa”. Menurut pelaku seni tabuh asal Pinda Blahbatuh, Gianyar ini, konsep ini sebuah inovasi dalam perkembangan gong kebyar di Gianyar khususnya. Konsep ini memberikan kesempatan yang lebih banyak pada anak-anak untuk tampil. Selain itu, penonton mendapat tontonan yang lebih banyak baik seni tabuh maupun tari.

Satu hal yang menjadi masukannya adalah bahwa seni gong kebyar dipentaskan sebagai seni tontonan dan hiburan masyarakat. Untuk itu dalam pementasannya jangan sampai ada pikiran untuk mencari kemenangan atau saling ejek dengan lawan main.

“Tunjukan seni gong kebyar itu kepada penonton dan bukan kepada sekehe tabuh lainnya,” ujar Jero Mangku Arsana.

Senada disampaikan I Wayan Sira, salah seorang penonton asal Bona. Menurutnya konsep “Nyatur Desa”  sudah baik, namun ada beberapa yang perlu mendapat pembenahan salah satunya, jarak panggung antara satu dengan lainnya harus lebih dekat agar penabuh satu dengan lainnya lebih komunikatif.

Terkait Konsep “Nyatur Desa” ini, pengamat seni Prof. Dr.  I Wayan Dibia mengatakan, konsep ini sebuah inovasi dan kreatifitas pecinta seni di Gianyar yang terinspirasi dari Catus Pata atau  perempatan di Bali yang menjadi simbol siklus sakral dalam perputaran waktu yakni utara, timur, selatan dan barat. Konsep ini juga menandakan, seni gong kebyar selama 100 tahun keberadaannya ditengah masyarakat pulau dewata mampu memberikan warna tersendiri.

“Gianyar mempunyai andil besar dalam perkembangan gong kebyar di Bali. Konsep ini sebuah inovasi pemanggungan pola pembarungan gong kebyar  dan memberikan pendidikan akan gaya tabuh yang berbeda” jelas Wayan Dibia.

Konsep ini juga mampu menumbuhkan semangat  kompetitif yang bergelora dalam ajang seni pertunjukan tabuh tari dan mampu mengobarkan gairah berkesenian.

Selain itu  mampu memunculkan perkembangan penataan busana dan tata rias para penabuh yang didesain modivikatif. (Humas Gianyar/NGR WW)

Tentang


Pemerintah Kabupaten Gianyar, Ini adalah website resmi Pemerintah Kabupaten Gianyar, Bali, Indonesia.

Kontak Kami


info@gianyarkab.go.id

Jl. Ngurah Rai-Gianyar, Gianyar, Kec. Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali 80511


© 2024 TIM SPBE Kabupaten Gianyar .